Kamis, 20 November 2014

Contoh Best Practice Penelitian



PENERAPAN PERMAINAN MONOPOLI SEDERHANA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN
CIRI-CIRI TUMBUHAN ATAU BINATANG
PADA SISWA LAMBAT BELAJAR DI KELAS II SDN CIBALA



BEST PRACTICES







Jabar 1.jpg




OLEH :

NENI WINARNI, S.Pd.
NIP. 198610202009022003







SEKOLAH DASAR NEGERI CIBALA
UPTD TK-SD DAN PNF KECAMATAN JATINUNGGAL
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUMEDANG
PROPINSI JAWA BARAT
2014
KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Best Practices dengan judul  “Penerapan Permainan Monopoli Sederhana untuk Meningkatkan Kemampuan Mendeskripsikan Ciri-Ciri Tumbuhan atau Binatang pada Siswa Lambat Belajar di Kelas II SDN Cibala”.
Makalah ini berisi deskripsi mengenai penerapan metode permainan yang diberi nama ”Monopoli Sederhana”  dalam proses pembelajaran tematik sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa Lambat Belajar.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih terdapat berbagai kelemahanan, baik dari segi isi maupun penggunaan kebahasaannya, sehingga masih begitu jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya, apapun yang penulis sajikan dalam makalah sederhana ini, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi siapa saja yang berkepentingan.
Semoga Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan petunjuk yang terbaik bagi kita semua. Aamiin.


     Cibala,    Mei 2014


        Penulis

DAFTAR ISI


LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................     i
KATA PENGANTAR ......................................................................................      ii
DAFTAR ISI                                                                                                           iii
BAB I             PENDAHULUAN
                        A.   Latar Belakang ....................................................................     1
                        B.   Permasalahan .......................................................................     5
                        C.   Strategi Pemecahan Masalah ...............................................    6
BAB II           PEMBAHASAN
                        A.   Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah...................    8
                        B.   Hasil yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih......................      9
C.  Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih         11
D. Faktor-faktor Pendukung.......................................................    11
E. Alternatif Pengembangan ......................................................    12
BAB III          SIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL
A.      Simpulan ..............................................................................    13
B.      Rekomendasi Operasional....................................................    14
LAMPIRAN-LAMPIRAN                                        

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama-sama teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil,1994). Mengacu pada definisi tersebut, pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya.
Secara yuridis formal, pendidikan inklusif di Indonesia juga memiliki landasan hukum yang kuat. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal. 5 dinyatakan sebagai berikut.
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu’. Ayat (2): Warganegara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ayat (3) ‘Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus’. Ayat (4) ‘Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

Sejalan dengan Pasal 5 di atas, dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2) juga dinyatakan bahwa ‘Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi’.
Selain itu, pasal 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 menyatakan bahwa :
Setiap siswa yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Berdasarkan landasan-landasan hukum yang dinyatakan di atas, jelas bahwa penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya harus dapat memfasilitasi siswa yang berkebutuhan khusus, seperti lambat belajar untuk dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna  bersama-sama dengan siswa lain yang normal tanpa adanya diskriminasi.
Implikasi dari landasan hukum tersebut, penyelenggaraan pendidikan inklusif dalam wujud sekolah inklusif menuntut pihak sekolah untuk melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana-prasarana, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa. Sehingga, melalui pendidikan inklusi, siswa yang berkebutuhan khusus memiliki kesempatan yang sama dengan siswa lain yang normal untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak tidak normal (berkebutuhan khusus) yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas sosial. Sebagaimana asumsi yang diungkapkan dalam Teori Piaget bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun perkembangan itu berlangsung pada kecepatan berbeda.
Bertitik tolak dari hal itu, penyelenggaraan pendidikan inklusif dalam wujud sekolah inklusif baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut guru untuk mampu mengemas setiap proses pembelajaran sedemikian rupa agar sesuai dengan prinsip PAIKEM dan dapat mengakomodasi pemenuhan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus yang ada di kelas tersebut. Karena, apabila pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan, siswa yang berkebutuhan khusus tidak dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Hal itu juga dialami dalam kegiatan pembelajaran di kelas II SDN Cibala. Ketika proses pembelajaran dilaksanakan secara konvensional, hasil belajar siswa berkebutuhan khusus masih jauh dari KKM yang ditentukan. Sebagai dasar pengembangan proses pembelajaran, berikut akan dipaparkan proses pembelajaran sebelum diterapkannya tindakan perbaikan yang difokuskan pada siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus yang terdapat di kelas II SDN Cibala termasuk pada kategori lambat belajar (slow learner). Menurut John David (2009 : 68) :
Istilah lambat belajar (Slow Learner) seringkali dipakai untuk seorang anak yang tidak dapat belajar dengan baik di sekolah. Anak yang termasuk Slow Learner ditandai dengan skor IQ yang rendah dan memiliki ketidakstabilan emosional.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pembelajaran tematik di kelas II SDN Cibala pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 yang memuat mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Penjasorkes dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa lambat belajar masih belum mencapai target yang ditentukan. Siswa tersebut mendapat nilai paling rendah diantara teman-temannya, yaitu 33, sedangkan KKM yang harus dicapai adalah 65. Secara lebih lengkap, data mengenai perolehan nilai kemampuan berbicara siswa Lambat belajar dapat dilihat pada tabel 1.1 (terlampir)
Setelah diidentifikasi, diketahui bahwa ketidaktercapaian target hasil belajar tersebut dikarenakan proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang menyentuh sisi kebutuhan khusus siswa yang bersangkutan. Siswa tersebut motivasi belajarnya tergolong sangat kurang. Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, siswa tersebut pasif dan tidak mau berpartisipasi. Siswa kurang berani  untuk tampil di depan teman-temannya. Kemudian, dia tidak pernah mau bertanya atau mengajukan pendapat ketika proses pembelajaran berlangsung. Sehingga hal itu berdampak pada rendahnya kemampuan berbicara siswa, khususnya pada materi pokok mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan atau binatang secara lisan.  
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut juga disebabkan oleh proses pembelajaran yang bersifat konvensional, yaitu pembelajaran masih bersifat teacher centered. Metode pembelajaran didominasi oleh metode ceramah dan kurang melibatkan keaktifan siswa.
Mengacu pada permasalahan-permasalahan di atas, maka diperlukan adanya suatu alternatif pemecahan masalah yang dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar seluruh siswa terutama siswa lambat belajar dapat lebih meningkat dari sebelumnya. Sebagai salah satu solusi yang dapat dilakukan berkaitan dengan permasalahan di atas adalah dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa dan dapat memfasilitasi siswa lambat belajar untuk lebih aktif dan termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya, terutama kemampuan berbicara yang dijadikan sebagai fokus kajian. Metode yang akan diterapkan yaitu metode bermain dengan jenis permainan “Monopoli Sederhana”.
Dengan demikian, penulis mendokumentasikan deskripsi praktik pembelajaran yang telah dilaksanakan sebagai upaya pengembangan pembelajaran dalam setting pendidikan inklusif untuk meningkatkan kemampuan siswa lambat belajar dalam sebuah Best Practices yang berjudul “Penerapan Permainan Monopoli Sederhana untuk Meningkatkan Kemampuan Mendeskripsikan Ciri-Ciri Tumbuhan atau Binatang pada Siswa Lambat belajar di Kelas II SDN Cibala”.

B.     Permasalahan
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan terhadap pembelajaran di kelas II yang difokuskan pada siswa lambat belajar, diperoleh temuan-temuan permasalahan sebagai berikut.
1.      Aktivitas Siswa
a.       Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b.      Siswa kurang konsentrasi terhadap materi pembelajaran yang disampaikan.
c.       Siswa kurang mendapatkan stimulus yang menarik untuk membangkitkan motivasi belajarnya.
d.      Siswa kurang menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dalam kegiatan pembelajaran.
e.       Siswa kurang memiliki keberanian untuk tampil di depan teman-temannya.
2.      Kinerja Guru
a.       Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran.
b.      Guru kurang melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
c.       Penggunaan media pembelajaran masih kurang optimal.
d.      Upaya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa masih kurang.
C.    Strategi Pemecahan Masalah
Mengacu pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran siswa lambat belajar yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, penulis memilih suatu alternatif pemecahan masalah yang dianggap dapat mengatasi permasalahan dengan hasil yang baik yaitu dengan menerapkan metode permainan “Monopoli Sederhana”.
Permainan “Monopoli Sederhana” ini merupakan penyederhanaan dari permainan monopoli yang sudah dikenal pada umumnya. Adapun prosedur permainan Monopoli Sederhana ini adalah sebagai berikut.
a.       Siswa dikondisikan ke dalam 3 kelompok yang terdiri dari 10 orang setiap kelompoknya.
b.      Siswa dari setiap kelompok secara bergantian mendapat giliran bermain.
c.       Siswa yang mendapat giliran harus melempar dadu terlebih dahulu untuk mengetahui banyaknya lompatan yang harus dilakukan pada petak-petak yang telah disediakan.
d.      Siswa mengambil kartu yang berisi soal sesuai dengan warna petak tempat mereka berhenti melompat.
e.       Siswa mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan/ binatang yang terdapat pada kartu yang mereka ambil.
f.       Demikian seterusnya, sampai semua anggota mendapat giliran, dan kelompok yang paling cepat mencapai petak juara, maka kelompok itulah yang menjadi pemenangnya.
Berikut ini disajikan gambar bentuk permainan Monopoli Sederhana yang akan diterapkan.
                               PETAK MONOPOLI”
 










                                                                          “DADU”





                                                     “KARTU”
http://2.bp.blogspot.com/--d3cOZLJI2g/UCra8c76bOI/AAAAAAAACMU/Skn9A340KvQ/s1600/jeruk.jpg
 








BAB II
PEMBAHASAN


A.    Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Metode permainan “Monopoli Sederhana” ini dipilih sebagai strategi pemecahan masalah dengan dasar pertimbangan bahwa pada hakikatnya dunia anak-anak adalah bermain. Bermain merupakan satu kegiatan yang sangat disukai anak bahkan orang dewasa. Dengan bermain akan dapat menumbuhkan kreativitas siswa.
Bermain juga bisa digunakan sebagai media untuk mengeksplorasi keinginan dan cita-cita yang diidam-idamkan anak. Bermain dapat digunakan sebagai wahana untuk mentransfer ilmu pengetahuan. Bermain dapat menimbulkan semangat dan motivasi.
Dalam pembelajaran di sekolah dasar yang dihadapi guru adalah anak-anak dengan berbagai karakter dan keinginan yang selalu ingin bermain. Minat anak terhadap segala bentuk permainan sangat tinggi.
Selain dasar pertimbangan di atas, penerapan metode permainan dalam pembelajaran juga sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia sekolah dasar yang sangat erat dengan benda-benda konkrit di sekitarnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Piaget bahwasannya anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit, yang mana pada tahap ini mereka akan lebih mudah memahami suatu konsep melalui penggunaan benda-benda konkrit yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Berdasarkan pada pertimbangan di atas, penulis yakin bahwa dengan diterapkannya permainan Monopoli Sederhana dalam pembelajaran mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan atau binatang, siswa Lambat belajar dapat lebih termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga, kemampuan siswa tersebut dalam mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan atau binatang dapat mengalami peningkatan dari pembelajaran sebelumnya.

B.     Hasil yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih
Penerapan strategi yang dipilih, yaitu permainan “Monopoli Sederhana” dilakukan dalam pembelajaran tematik yang memadukan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Penjasorkes. Pembelajaran tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 April 2014 Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa yang lebih difokuskan pada siswa lambat belajar sebagai sasaran utama penerapan strategi yang dipilih. Untuk lebih jelas, berikut ini akan dipaparkan secara rinci proses pembelajaran yang dilaksanakan beserta hasilnya.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran diawali dengan kegiatan appersepsi yang dilakukan dengan mengajak seluruh siswa bernyanyi bersama lagu yang berjudul “Orang Berjalan” sambil memeragakan gerakannya. Pada saat bernyanyi, tampak siswa lambat belajar ikut bernyanyi  dan memeragakan gerakan. Dari hal itu dapat diketahui bahwa siswa tersebut sudah mulai menunjukkan suatu perkembangan yang baik, karena pada waktu-waktu sebelumnya dia tidak pernah mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya, memasuki kegiatan inti siswa dikondisikan ke dalam 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 orang untuk melakukan permainan sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan. Setelah guru menjelaskan aturan permainan yang harus dijalankan, permainan pun dimulai. Semua siswa tampak semangat dan bermain dengan gembira, begitupun dengan siswa lambat belajar. Siswa tersebut mulai termotivasi untuk ikut serta dalam permainan itu. Namun, ketika tiba gilirannya, dia masih terlihat ragu untuk tampil ke depan, karena tidak terbiasa. Melihat kondisi seperti itu, teman-temannya yang lain memberinya semangat agar siswa tersebut berani dan mau tampil ke depan. Akhirnya, dia beranjak dari tempat duduknya dan mau ke depan dengan ditemani oleh seorang temannya. Walaupun belum berani tampil sendiri, perubahan yang baik sudah terjadi pada siswa  tersebut.
Ketika melakukan permainan, tampak keceriaan di wajah siswa tersebut. Dia melemparkan dadu dengan semangat dan dia mampu melakukan gerakan melompat pada petak-petak monopoli sederhana yang disediakan. Setelah itu, dia mengambil kartu soal pada kotak yang telah disediakan. Dengan bimbingan guru, dia mampu menyebutkan 3 ciri dari tumbuhan yang ada pada gambar.
Dari segi kelancaran dalam menyebutkan ciri-ciri binatang, siswa tersebut sudah lebih lancar dari sebelumnya, intonasinya pun sudah lebih nyaring. Namun, dalam penggunaan bahasa, dia masih dominan menggunakan bahasa daerah.
Meskipun demikian, secara keseluruhan hasil yang diperoleh siswa lambat belajar sudah jauh lebih baik. Nilai yang diperoleh siswa meningkat  42% dari 33 menjadi 75, dan nilai tersebut di atas KKM, sehingga siswa dinyatakan tuntas. Perubahan yang terjadi pada aktivitas siswa tersebut sudah dapat membuktikan bahwa permainan “Monopoli Sederhana” ini cukup efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa, terutama siswa lambat belajar. Sehingga kemampuan siswa dalam mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan/ binatang pun mengalami peningkatan.

C.    Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih

Pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan permainan “Monopoli Sederhana” telah menciptakan suatu perubahan positif, baik pada proses maupun hasil belajar siswa lambat belajar yang terdapat di kelas II SDN Cibala. Namun, tidak dapat dipungkiri adanya kendala-kendala yang dihadapi ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut.
1.      Ketika siswa yang lambat belajar melakukan permainan dibantu oleh siswa lain, ada saja siswa yang normal yang merasa diperlakukan secara tidak adil.
2.      Dalam pelaksanaan permainan, siswa lambat belajar menghabiskan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan siswa yang normal, dan hal itu menimbulkan adanya protes dari beberapa siswa yang lain karena menunggu giliran terlalu lama.
3.      Pelaksanakan pembelajaran melalui permainan memerlukan waktu yang lebih banyak dari pembelajaran yang biasa dilakukan.
D.    Faktor-faktor Pendukung
Keberhasilan penerapan strategi yang dipilih dalam mengatasi permasalahan yang muncul, khususnya dalam meningkatkan kemampuan siswa lambat belajar, tentunya tidak lepas dari adanya faktor-faktor pendukung. Faktor-faktor tersebut yaitu sebagai berikut.
1.      Antusiasme siswa yang besar terhadap pembelajaran yang dilaksanakan melalui permainan.
2.      Pemberian reward terhadap keberhasilan siswa, baik secara verbal maupun non-verbal.
3.      Pengemasan pembelajaran yang dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa merasa enjoy dan tidak terbebani seperti ketika pembelajaran dilakukan secara konvensional.
4.      Kerja sama dan respon yang baik dari kepala sekolah dan dari guru-guru lain, terutama dari guru mata pelajaran Penjasorkes.

E.     Alternatif  Pengembangan
Berdasarkan pengalaman dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, agar hasil yang dicapai lebih optimal dan kendala yang dihadapi dapat lebih diminimalisir, untuk ke depannya dapat dilakukan pengembangan terhadap strategi yang telah diterapkan dengan alternatif sebagai berikut.
1.      Memodifikasi permainan, misalnya dengan menambah jumlah petak monopoli dan mengubah aturan permainan menjadi sedikit lebih kompleks agar kemampuan berpikir siswa semakin berkembang.
2.      Menggunakan permainan “Monopoli Sederhana” ini dalam pembelajaran yang lain, misalnya dalam mata pelajaran  Matematika, yaitu dengan membubuhkan angka-angka pada petak-petak monopoli dan menambahkan soal-soal operasi hitung bilangan pada kartu soal yang disediakan.



















BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL


A.    SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang upaya meningkatkan kemampuan mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan atau binatang pada siswa lambat belajar di kelas II SDN Cibala dengan menerapkan permainan “Monopoli Sederhana” dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1.      Melalui permainan “Monopoli Sederhana”, motivasi siswa lambat belajar untuk mengikuti proses pembelajaran menjadi lebih meningkat, sehingga siswa menjadi lebih aktif, berani tampil ke depan dan partisipatif dalam setiap tahapan kegiatan yang dilaksanakan.
2.      Permainan dapat membuat suasana lingkungan belajar menjadi lebih menyenangkan, segar, hidup, bahagia, dan santai namun tetap memiliki suasana belajar yang kondusif. Hal itu menyebabkan siswa lambat belajar menjadi lebih mudah menyerap dan memahami materi pembelajaran yang disampaikan.
3.      Melalui diterapkannya aturan dalam permainan “Monopoli Sederhana”, kondisi emosional siswa lambat belajar menjadi lebih terkendali. Sehingga, siswa bersangkutan yang tadinya mudah tersinggung dan cepat marah menjadi lebih tenang.
4.      Dengan dikondisikannya siswa menjadi beberapa kelompok dalam permainan Monopoli Sederhana, semua siswa berbaur dan bekerja sama dengan baik, sehingga tidak terdapat kesenjangan anatara siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus.

B.     REKOMENDASI OPERASIONAL
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari diterapkannya permainan “Monopoli Sederhana” dalam pembelajaran di kelas inklusif, ternyata permainan tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap peningkatan motivasi belajar siswa lambat belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan atau binatang. Dengan demikian, metode permainan tersebut seyogyanya dapat digunakan oleh guru-guru yang lain, terutama di sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari pembelajaran dengan menerapkan permainan “Monopoli Sederhana” untuk perbaikan pembelajaran pada waktu yang akan datang adalah sebagai berikut.
1.      Pendekatan dan bimbingan terhadap siswa Lambat belajar hendaknya dilakukan secara lebih intensif agar kebutuhan siswa dapat terpenuhi dengan baik, sehingga hasil belajar yang dicapai dapat lebih optimal.
2.       Nilai-nilai kebersamaan harus senantiasa ditanamkan pada semua siswa dalam setiap pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusif agar tidak ada diskriminasi antara siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan salah satu dari empat pilar pendidikan yaitu learning to live together.
  
DAFTAR PUSTAKA

Smith, J. David. 2009. Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Nuansa: Bandung.
Nur’aini Umri dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas II. Depdiknas : Pusat Perbukuan.
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/permainan-menjadikan-suasana-pembelajaran- kondusif/ [ diunduh 5/6/2014]
Sunanto,J. 2002. Mengharap Pendidikan Inklusif-Makalah. Bandung: Program Pascasarjana UPI


lampiran










































































































































 




13 komentar:

  1. YANG SEHARUSNYA DI LAKUKAN OLEH GURU DI INDONESIA. SALUT. SIIP

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul..., guru itu punya peserta didik, tanggungjawabnya dunia dan akhirat...

      Hapus
    2. Betul..., guru itu punya peserta didik, tanggungjawabnya dunia dan akhirat...

      Hapus
  2. Assalamualaikum,..terima kasih banyak untuk ilmunya Pak. untuk lampirannya jika best practices dengan judul seperti itu apa saja yang dilampirkan pak?terima kasih

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas ilmu yang telah dibagikan..ini menjadi contoh saya dalam penyusunan laporan best practice.semoga saya dapat menyusunnya dengan baik.

    BalasHapus
  4. Terimakasih banyak atas kemurahan hati berbagi ilmu yang sangat bermanfaat sekali bagi para guru guna meningkatkan profesionalisme dan mutu pendidikan dan mohon ijin saya igim jadikan referensi untuk belajar menulis terimakasih sebelumnya Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

    BalasHapus
  5. terimakasih bisa buat bshan perbandingan

    BalasHapus
  6. Trm ksh ilmu yg sgt bermanfaat

    BalasHapus
  7. Best Hotels near Casino Vegas, NV from $69 - Mapyro
    Discover Hotels near Casino 구미 출장마사지 Vegas, Nevada, United 원주 출장마사지 States - 천안 출장마사지 Find your 용인 출장샵 next 대전광역 출장안마 hotel stay with Mapyro.

    BalasHapus